PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara yang
memiliki keragaman hayati yang melimpah baik flora maupun fauna.Kekayaan
keragaman hayati ini membiarkan keuntungan yang besar bagi masyarakat. Di
antaranya dapat memenuhi kebutuhan manusia juga mengandung protein,
karbohidrat, lemak, vitamin dan mineral.
Protein sebagai salah satu sumber
pembangun tubuh dapat berasal dari tumbuhan (nabati) dan hewan (hewani).
Protein yang berasal dari hewan mempunyai kandungan yang sempurna dibandingkan
dengan protein nabati. Oleh karena itu pengadaan sumber protein hewani harus
diupayakan.
Sehubungan dengan itu penulis terusik
untuk memilih karya tulis yang berjudul “Mamlia”
B.
Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian
mamalia?
2. Jenis-jenis Mamalia di Indonesia?
C.
Tujuan
1. Untuk
mengetahui pengertian mamlia
2. Untuk
mengetahui jenis-jenis mamalia yang ada di indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Mamalia
Mamalia adalah endotermik (berdara
panas), mamlia memiliki rangaka bertulang keras dan rahang bawah yang tersusun
atas satu tulang saja. Mamlia benafas dengan paru-paru.beberapa mamalia
bertelur, adapula yang membawa anak dalam kantong. Namun, sebagian besar
mamalia memiliki plasenta dan melahirkan anak. Mamlia hidup didarat, diudara ,
maupun air. (erlangga : e.encyclopedia sains, hal : 304)
Siklus hidup, siklus hidup seekor
hewan dimuali dari awal generasi hinga permulaan ganerasi berikutnya. Bagi
banyak serangga, hanya dibutuhkan beberapa minggu untuk menjadi dewasa dan
bereproduksi sendiri. Namun, hewan besar memerlukan waktu bertahun-tahun.
Sejumlah hewan bereprodusi sekali dan mati, namun banyak yang bereproduksi
berulang-ulang selama masa dewasanya. Sejumlah hewan mengalami METAMORFOSIS,
perubahan secara bertahap maupun langsung, menjadi bentuk dewasa.
Metamorphosis
melibatkan perubahan radikal dari hewan muda menjadi bentuk dewasa. hewan muda,
dikenal sebagai larva, hidup dalam cara yang berbeda dengan dewasa.
metamorphosis tak sempurna,transformasi kecebong menjadi katak , melibatkan
sejumlah perubahan bertahap. Metamorphosis sempurna , seperti pada perubahan
ulat menjasi kupu-kupu, berlangsung dalam kepompong dan menyusub ulang bagian
tubuh secara total.
B. Rantai Makanan
Rantai – rantai makanan, jaring-jaring
makanan dan tingkat-tingkat trofik Energi pangan sumber
daya di dalam tumbuh-tumbuhan melalui satu seri organisme dengan diulang-ulang
dimakan dan memakan dinamakan rantai makanan. Rantai-rantai pangan terdiri dari
dua tipe dasar; rantai pangan perumputan, yang mulai dari dasar tumbuh-tumbuhan
hijau ke herbivora yang merumput (yakni organisme yang makan tumbuhan hijau)
dan terus ke karnivora (yakni pemakan binatang); dan rantai pangan sisa, yang
dimulai dari bahan-bahan mati ke mikroorganisme dan kemudian ke organisme yang
makan sisa detritivora dan pemangsanya.
Di
dalam komunitas-komunitas alam yang kompleks, organisme-organisme yang
makanannya diperoleh dari tumbuh-tumbuhan dengan jumlah langkah yang sama
dikatakan termasuk ke dalam tingkat trofik yang sama. Jadi tumbuh-tumbuhan
hijau (tingkat produsen) menduduki tingkat trofik pertama, pemakan-pemakan
tumbuhan tingkat trofik kedua (tingkat konsumen primer pertama), karnivora yang
makan herbivora, tingkat ketiga (tingkat konsumen sekunder) dan karnivora
sekunder tingkat keempat (tingkat konsumen tertier). Perlu ditegaskan bahwa
klasifikasi trofik ini merupakan satu dari fungsi dan bukan dari jenis;
populasi jenis tertentu dapat menduduki satu, atau lebih dari satu, tingkat
trofik menurut sumber energi yang sebenarnya di asimilasi. Arus energi pada
tingkat trofik sama dengan seluruh asimilasi (A) pada tingkat itu, yang
sebaliknya sama dengan produksi (P) biomas ditambah dengan respirasi (R).
Organisme dekomposer ditempatkan pada kotak terpisah sebagai cara memisahkan
rantai pangan perumputan dan sisa-sisa. Seperti telah dikemukakan dalam Bab 2,
“dekomposer” sebenernya merupakan golongan campuran dilihat dari segi tingkat
energinya.
BAB III
KONSEP – KONSEP DASAR EKOSISTEM
KONSEP – KONSEP DASAR EKOSISTEM
A. Tingkatan Dalam Ekosistem
Setiap
individu membutuhkan lingkungan fisik tertentu sebagai komunitas biotic harus
berinteraksi dengan komunitas abiotik. Dalam habitat terjadi interksi-interaksi
yng sangat komplek dan sangat rumit antar komponen, antar komunitas dan habitat
walaupun begitu interaksi tetap berjalan secara normal sehingga antara
komunitas biotic dan habitat membentuk sebuah system ekologi atau disebut
ekosistem.
1)
Individu
Merupakan sebutan dari
organisme utuh (tunggal) yang tidak dapat hidup sendirian sehingga harus
berinteraksi dengan sejenis maupun lain jenis dan cenderung berinteraksi dengan
individu yng sejenis karena mempunyai kebutuhan yang sama. Individu berasal
dari berbagai macam tingkatan yaitu sebagai berikut : senyawa anorganik (H, N,
C, O) berorganisasi menjadi organel sel jaringan organ system organ individu
organisme.
2)
Populasi
Merupakan sekelompok
individu yang mempunyai kebutuhan sama dn saling berinteraksi, serta menempati
pada habitat tertentu, sehingga kebutuhan hidup mulai terpenuhi karena adanya
interaksi.
3)
Komunitas Biotik
Membentuk kelompok yang
lebih besar antara beberapa populasi saling berinteraksi karena adanya sifat
kebutuhan yang berbeda, interaksi yang terjadi semakin lengkap namun semua
kebutuhan belum dapat terpenuhi.
4)
Habitat
Merupakan tempat
tinggal (wilayah) yang dihuni oleh komunitas biotic. Komunitas biotic akan
berinteraksi dengan tempat tinggal di sekitarnya. Interaksi yang terjadi sangat
komplek yang berlangsung secara normal dan seimbang sehingga membentuk sesuatu
sistem yaitu interaksi-interaksi yang menyatukan komponen yang ada.
5)
Ekosistem
Merupakan interaksi
antara komunitas biotik dengan habitatnya yang di dalamnya terdapat beberapa
komponen abiotik yng sifatny komplek serta mambantuk suatu kesatuan yang utuh
dan menjalankan sebuah fungsi tertentu.
6)
Biosfer
Merupakan tingkatan
ekosistem terbesar, yang mencakup seluruh bentuk kehidupan di bumi.
B. Sifat Ekosistem
Sistem
yaitu interaksi-interaksi yang menyatukan komponen yang ada menjadi satu
kesatuan dan menjadikan sebuah fungsi tertentu. Dari sudut pandang lain, sistem
merupakan sekelompok komponen yang saling terkait, dan saling mempengaruhi
sehingga mambentuk suatu kesatuan secara utuh. Syarat dari sebuah sistem yamg
baik yaitu adanya interaksi antar komponen harus serasi dan seimbang,
keseimbangan dalam ekosistem dinamakan keseimbangan yang dinamis(steddy state)
yaitu keseimbangan yang sewaktu-waktu bisa mengalami perubahan yang akan
diikuti oleh berbagai macam proses sehingga akan berakhir dengan keseimbangan yang
baru.
Di
dalam sebuah ekosistem yang menjadi sebab dari setiap ekosistem mempunyai
keseimbangan yang steady state karena adanya mekanisme umpan balik. Umpan balik
dapat diartikan sebagai pengaruh balik yang diberikan oleh komponen yang turut
berubah kepada komponen yang pertama kali berubah.
Umpan balik ada 2 macam yaitu sbb :
Umpan balik ada 2 macam yaitu sbb :
1.
Umpan balik positif
yaitu
umpan balik yang mendukung terjadinya perubahan.
2.
Umpan balik negative
Yaitu umpan balik yang menghambat
terjadinya perubahan sehingga perubahan akan berhenti.
BAB IV
ADAPTASI
ADAPTASI
Adaptasi adalah setiap sifat atau bagian yang dimiliki oleh
organisme yang berguna bagi kelanjutan hidupnya pada keadaan sekeliling
habitatnya.
Sifat-sifat tersebut memungkinkan organisme atau tanaman mampu menggunakan lebih baik unsur-unsur yang tersedia (hara, air, suhu, cahaya juga sifat resistensi terhadap pengganggu/penyakit atau hama).
Sifat-sifat tersebut memungkinkan organisme atau tanaman mampu menggunakan lebih baik unsur-unsur yang tersedia (hara, air, suhu, cahaya juga sifat resistensi terhadap pengganggu/penyakit atau hama).
Tamanan dapat mempunyai adaptasi morfologis seperti kekuatan
batang atau bentuk tanaman dan adaptasi fisiologis yang menghasilkan ketahanan parasit,
kemampuan yang lebih besar dalam mengambil unsur-unsur hara atau tahan terhadap
kekeringan. Sebetulnya perbedaan yang jelas tidak ada karena keduanya sama-sama
menggambarkan proses fisiologis. Jadi adaptasi dapat dinyatakan sebagai
kemampuan individu untuk mengatasi keadaan lingkunggan dan menggunakan
sumber-sumber alam lebih baik untuk mempertahankan hidupnya dalam relung
(nisia, niche) yang diduduki.
Keadaan lingkungan disini berarti keadaan yang terus menerus
berubah selama pertumbuhan tanaman berlangsung. Hal ini berarti setiap
organisme mempunyai adaptasi untuk dihup pada berbagai macam keadaan
lingkungan. Dengan demikian berarti organisme (setiap makhluk hidup) merupakan
hasil keturunan biologi dalam lingkungannya. Johannsen (1903) memberikan istilah
genotipe untuk sifat-sifat keturunan yang diterima organisme yang relatif
konstan selama hidupnya. Sedang fenotipe untuk rupa atau bentuk organisme yang
akan selalu mengalami perubahan.
A. Sumber
Adaptasi
Sudah
merupakan suatu pendapat umum bahwa setiap makhluk hidup (organisme) itu dapat
hidup dalam suatu keadaan lingkungan tertentu. Misalnya: ikan hdup di dalam air
karena alat pernafasannya, burung-burung terbang karena mereka mempunyai sayap.
Banyak tanaman digurun (padang pasir) yang mempunyai struktur tertentu yang
memungkinkan mereka dapat bertahan pada lingkungannya. Semua kemampuan ini
disebut adaptasi, tetapi bagaimana terjadinya adaptasi ini?
Jean Baptise Lamarch (1744 – 1829)
seorang ahli biologi Perancis yang juga merupakan penganut faham teleologi,
mencoba menerangkan perubahan-perubahan tersebut. (Teleologi adalah sautu faham
yang mengatakan bahwa adaptasi timbul karena diingini, yaitu perubahan struktur
atau bentuk yang terjadi karena adanya keinginan yang timbul dari dalam untuk
menghadapi perubahan lingkungan).
Menurut dia, tingkat perkembangan
suatu organ adalah sebanding dengan penggunaannya dan apa yang diperoleh atau
diubah pada individu dalam masa hidupnya adalah kekal dan bilamana terdapat
dalam dua jenis kelamin, sifat itu akan diturunkan.
Darwin (1809 – 1882) yang membuka
tabir dari misteri ini. Menurut pendapatnya, organisme menjadi sesuai dengan
lingkungannya dalam proses evolusi, proses ini dikendalikan oleh varian-varian
genetik hasil seleksi alami yang relatif lebih baik ketahanannya.
Pokok-pokok teori Darwin itu sebagai
berikut:
1.
Sesuai
dengan Malthus bahwa kecepatan berkembang biak dari binatang lebih besar daripada mempertahankan jumlahnya.
2.
Apabila
banyak individu yang musnah maka akan terjadi suatu kemauan untuk bertahan,
baik di antara anggota dari jenis yang sama maupun di antara anggota-anggota
dari jenis yang berbeda.
3.
Keragaman binatang berikut variasi-variasinya
yang ada akan diturunkan.
4.
Dalam
berjuang mempertahankan eksistensi kehidupannya, organisme yang tahan akan
terus hidup dan yang lemah akan kalah dan musnah.
Point keempat dari teori Darwin inilah yang dikenal dengan seleksi alami dimana variasi yang dapat bertahan akan terkumpul untuk mengalami lagi perubahan untuk selanjutnya menuju kearah adaptasi. Perubahan bertingkat ini kalau cukup lama akan membentuk suatu spesies baru.
Point keempat dari teori Darwin inilah yang dikenal dengan seleksi alami dimana variasi yang dapat bertahan akan terkumpul untuk mengalami lagi perubahan untuk selanjutnya menuju kearah adaptasi. Perubahan bertingkat ini kalau cukup lama akan membentuk suatu spesies baru.
Wallace dan Srb (1963) kurang menyokong pendapat Darwin yang
menyatakan bahwa adaptasi yang prosesnya sampai pada tingkatan dimana kemampuan
menyesuaikan diri sudah berlangsung turun temurun pada prinsipnya adalah proses
evolusi. Dalam hal ini beliau menegaskan bahwa perubahan bentuk atau fungsi
dalam proses adaptasi secara turun temurun yang berlangsung perlahan-lahan
adalah perubahan secara evolusi, tetapi bukanlah berarti semua proses evolusi
sama dengan adaptasi atau sebaliknya.
Jadi arti dari evolusi asalnya suau jenis jelas dihasilkan oleh alam.
Jadi arti dari evolusi asalnya suau jenis jelas dihasilkan oleh alam.
Dari teori ini timbul “Konsep Genetik Adaptasi” yang
menyatakan bahwa adaptasi terjadi karena seleksi lingkungan yang bekerja
sebagai saringan terhadap variasi-variasi genetik yang ada. Baik Darwin maupun
Wallace (mempunyai teori yang sama dengan Darwin), melihat organisme secara
keseluruhannya, dalam kehidupan di alam sekitarnya. Mereka melihat bahwa
pengaruh luar memberi efek pada organisme atau ekologi tumbuhan dan binatang.
B. Nilai
Adaptasi Dan Koefisien Seleksi
Nilai
adaptasi dalam suatu tanaman ditentukan oleh banyak faktor termasuk:
- Vigor somatik
- Daya tunbuh
- Lamanya periode reproduksi
- Banyaknya keturunan (biji, dll.)
- Efisiensi mekanisme pollinasi
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
1. memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
2. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
3. mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
4. bereproduksi.
5. merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
- Vigor somatik
- Daya tunbuh
- Lamanya periode reproduksi
- Banyaknya keturunan (biji, dll.)
- Efisiensi mekanisme pollinasi
Adaptasi adalah cara bagaimana organisme mengatasi tekanan lingkungan sekitarnya untuk bertahan hidup. Organisme yang mampu beradaptasi terhadap lingkungannya mampu untuk:
1. memperoleh air, udara dan nutrisi (makanan).
2. mengatasi kondisi fisik lingkungan seperti temperatur, cahaya dan panas.
3. mempertahankan hidup dari musuh alaminya.
4. bereproduksi.
5. merespon perubahan yang terjadi di sekitarnya.
Organisme yang mampu beradaptasi akan bertahan hidup, sedangkan yang tidak mampu beradaptasi akan menghadapi kepunahan atau kelangkaan jenis.
C. Bentuk
adaptasi
Adaptasi
terbagi atas tiga jenis yaitu:
1. Adaptasi Morfologi
adalah penyesuaian struktur alat tubuh luar suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya, adaptasi morfologi meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Contoh adaptasi morfologi adalah sebagai berikut:
a. Bentuk kaki berbagai jenis
Bentuk kaki atau cakar burung dapat dibedakan menjadi tipe perenang, tipe pemanjat, petengger, pejalan, dan pencengkram.
b. Bentuk paruh berbagai jenis burung
Bentuk paruh burung dapat dibedakan menjadi tipe pemakan biji, pemakan daging, pemakan ikan dan penghisap madu.
c. Alat gerak berbagai jenis hewan.
Bentuk alat gerak bagian depan hewan dapat dibedakan menjadi sirip, sayap, selaput tipis, kaki depan dan lengan.
d. tumbuhan darat
1. Xerofit adalah tumbuhan darat yang hidup di daerah kurang air (kering) contohnya kaktus.
2. Higrofit adalah tumbuhan darat yang hidup pada lingkungan lembab, contohnya lumut.
e. Tumbuhan air
Hidrofit adalah tumbuhan yang hidup didalam air, contohnya teratai.
1. Adaptasi Morfologi
adalah penyesuaian struktur alat tubuh luar suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya, adaptasi morfologi meliputi bentuk tubuh. Adaptasi Morfologi dapat dilihat dengan jelas. Sebagai contoh: paruh dan kaki burung berbeda sesuai makanannya. Contoh adaptasi morfologi adalah sebagai berikut:
a. Bentuk kaki berbagai jenis
Bentuk kaki atau cakar burung dapat dibedakan menjadi tipe perenang, tipe pemanjat, petengger, pejalan, dan pencengkram.
b. Bentuk paruh berbagai jenis burung
Bentuk paruh burung dapat dibedakan menjadi tipe pemakan biji, pemakan daging, pemakan ikan dan penghisap madu.
c. Alat gerak berbagai jenis hewan.
Bentuk alat gerak bagian depan hewan dapat dibedakan menjadi sirip, sayap, selaput tipis, kaki depan dan lengan.
d. tumbuhan darat
1. Xerofit adalah tumbuhan darat yang hidup di daerah kurang air (kering) contohnya kaktus.
2. Higrofit adalah tumbuhan darat yang hidup pada lingkungan lembab, contohnya lumut.
e. Tumbuhan air
Hidrofit adalah tumbuhan yang hidup didalam air, contohnya teratai.
2. Adaptasi Fisiologi
adalah penyesuaian fungsi alat-alat tubuh bagian dalam suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi fisiologi meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak. Contoh adaptasi fisiologis adalah sbb.
a. Herbivora dapat mencerna rumput atau daun yang banyak mengandung serat (selulosa) dengan bantuan enzim selulase.
b. Teredo navalis yang hidup kayu galangan kapal, dapat mencerna kayu dengan serat selulase.
c. Penyesuaian sel-sel retina mata manusia terhadap rangsangan cahaya.
d. Tubuh manusia mampu menambah sel darah merah apabila ada didaerah pegunungan yang tinggi agar dapat mengikat oksigen labih banyak agar dapat mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh.
3. Adaptasi Tingkah Laku
adalah penyesuaian tingkah laku suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi tingkah laku meliputi perubahan tingkah laku misalnya
a. ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara.
b. Bunglon mengubah warna tubuh sesuai dengan warna lingkungan untuk mengaburkan pandangan mata musuh.
c. Rayap suka memakan kembali kelupasan kulitnya untuk memperoleh kembali flagellata penghasil enzim selulase.
d. Daun jagung akan menggulung apabila udara sangat panas.
e. Kerbau suka berkubang untuk mengurangi pengaruh panas pada tubuhnya dan agar kulitnya yang tebal menjadi lunak.
adalah penyesuaian fungsi alat-alat tubuh bagian dalam suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi fisiologi meliputi fungsi alat-alat tubuh. Adaptasi ini bisa berupa enzim yang dihasilkan suatu organisme. Contoh: dihasilkannya enzim selulase oleh hewan memamah biak. Contoh adaptasi fisiologis adalah sbb.
a. Herbivora dapat mencerna rumput atau daun yang banyak mengandung serat (selulosa) dengan bantuan enzim selulase.
b. Teredo navalis yang hidup kayu galangan kapal, dapat mencerna kayu dengan serat selulase.
c. Penyesuaian sel-sel retina mata manusia terhadap rangsangan cahaya.
d. Tubuh manusia mampu menambah sel darah merah apabila ada didaerah pegunungan yang tinggi agar dapat mengikat oksigen labih banyak agar dapat mencukupi kebutuhan sel-sel tubuh.
3. Adaptasi Tingkah Laku
adalah penyesuaian tingkah laku suatu organisme terhadap lingkungan tempat hidupnya. Adaptasi tingkah laku meliputi perubahan tingkah laku misalnya
a. ikan paus yang sesekali menyembul ke permukaan untuk mengambil udara.
b. Bunglon mengubah warna tubuh sesuai dengan warna lingkungan untuk mengaburkan pandangan mata musuh.
c. Rayap suka memakan kembali kelupasan kulitnya untuk memperoleh kembali flagellata penghasil enzim selulase.
d. Daun jagung akan menggulung apabila udara sangat panas.
e. Kerbau suka berkubang untuk mengurangi pengaruh panas pada tubuhnya dan agar kulitnya yang tebal menjadi lunak.
DAFTAR PUSTAKA
• Odum, eugene,P. 1993. Dasar-Dasar Ekologi, edisi ketiga, Yogyakarta ; Universitas. Gajah Mada Press
• Odum, howard, T. 1992. Ekologi sistem, Yogyakarta ; Universitas Gajah Mada Press
• Polunin, nicholas. 1997. Teori ekosistem dan penerapannya. Yogyakarta ; Universitas Gajah Mada Press
• Susatyo, ari. 2003. Petunjuk praktikum ekologi. Semarang ; IKIP PGRI Semarang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar